BAHAN BACAAN : PETA

 Peta

 

1. Hakekat, Syarat, Dan Fungsi Peta

Menurut ICA (International Cartographic Association) peta adalah suatu gambaran atau representasi unsur-unsur atau kenampakan-kenampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi atau yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, dan umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil atau diskalakan.

Sebuah peta yang menggambarkan fenomena geografi tidak hanya sekedar pengecilan suatu fenomena saja, tetapi peta dibuat dan didesain dengan baik, akan merupakan alat yang baik untuk kepentingan; melaporkan (recording), memperagakan (displaying), menganalisis (analysing), serta saling berhubungan (interrelation) dari benda (obyek) secara keruangan (spatialrelationship).

Peta memiliki variasi ukuran dan metode pembuatan, tetapi secara umum peta mempunyai tujuan dasar pelayanan yang sama yaitu sebagai suatu interpretasi terhadap lingkungan geografikal (geographical millieu).

Setelah memahami benar-benar hakekat dari peta, tidaklah sulit untuk kemudian menelaah apa yang sebenarnya diperlukan sebagai syarat dari peta yang baik. Syarat peta yang baik adalah :

a. Dapat dimengerti maknanya oleh si pemakai .

b. Dapat memberikan gambaran yang sebenarnya.

c. Tampilan peta hendaknya sedap dipandang (menarik, rapih dan bersih).

d. Ekuivalen, yaitu perbandingan luas daerah pada peta harus sama dengan luas daerah yang sebenarnya.

e. Ekuidistan, yaitu perbandingan jarak pada peta harus sama dengan jarak yang sebenarnya.

f. Konform, yaitu bentuk dari semua sudut yang digambarkan harus sama dengan bentuk yang sebenarnya

Peta sangat diperlukan oleh manusia, sebagai sumber informasi data-data permukaan bumi, peta memiliki benyak kelebihan yang tidak dimiliki sumber informasi lain. Secara umum kegunaan dan fungsi peta dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Menunjukkan posisi atau lokasi suatu tempat di permukaan bumi

b. Memperlihatkan ukuran (luas, jarak) dan arah suatu tempat di permukaan bumi

c. Menggambarkan bentuk-bentuk di permukaan bumi.

d. Membantu peneliti untuk mengetahui kondisi daerah yang akan diteliti.

e. Menyajikan data tentang potensi suatu wilayah

f. Alat analisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan

g. Alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan

h. Alat untuk mempelajari hubungan timbal-balik antara fenomenafenomena (gejala-gejala) geografi di permukaan bumi

Penggunaan peta tergantung pada jenis peta yang ada dan jenis informasi yang diinginkan dari peta tersebut. Dalam kasus peta sederhana, hanya satu atau dua jenis informasi yang mungkin tersedia sehingga sedikit atau bahkan tidak perlu keahlian membaca peta untuk menggunakannya. Sebagai contoh, sketsa lingkungan sekitar (tetangga) hanya menunjukkan hubungan rumah utama dengan sudut jalan atau jaraknya dari suatu pasar atau sekolah. Semua orang dapat menggunakan peta seperti ini. Peta lengkap dapat menggambarkan jarak yang sebenarnya, lokasi lahan dengan tepat, elevasi, vegetasi dan aspek lainnya. Untuk menginterpretasikan peta lengkap seperti ini, diperlukan beberapa keahlian dasar membaca peta.

Peta adalah alat peraga, melalui alat peraga itu, seorang penyusun peta ingin menyampaikan idenya kepada orang lain. Ide yang dimaksud adalah hal-hal yang berhubungan dengan kedudukannya dalam ruang. Ide tentang gambaran tinggi rendah permukaan bumi suatu daerah melahirkan peta topogafi, ide gambaran penyebaran penduduk (peta penduduk), penyebaran batuan (peta geologi), penyebaran jenis tanah (peta tanah atau soil map), penyebaran curah hujan (peta hujan) dan sebagainya yang menyangkut kedudukannya dalam ruang.

 

2. Klasifikasi dan Bentuk Peta

Peta dapat digolongkan (diklasifikasikan) menjadi tiga jenis, yaitu;1. jenis peta berdasarkan isinya;  2. berdasarkan skalanya dan 3. berdasarkan bentuknya

a. Jenis Peta berdasarkan Isinya

Jenis Berdasarkan isinya peta dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:

1) Peta Umum

Peta umum adalah peta yang menggambarkan permukaan bumi secara umum. Peta umum ini memuat semua penampakan yang terdapat di suatu daerah, baik kenampakan fisis (alam) maupun kenampakan social budaya.

Peta umum terdiri dari 2 jenis yaitu:

a) Peta Topografi, yaitu peta yang menggambarkan bentuk relief (tinggi rendahnya) permukaan bumi. Dalam peta topografi digunakan garis kontur (countur line) yaitu garis yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian sama.

Peta Rupabumi. Peta Rupabumi Indonesia (RBI) adalah peta topografi yang menampilkan sebagian unsur-unsur alam dan buatan manusia di wilayah NKRI.

b) Peta Chorografi, adalah peta yang menggambarkan seluruh atausebagian permukaan bumi dengan skala yang lebih kecil antara 1 : 250.000 sampai 1 : 1.000.000 atau lebih. Atlas adalah kumpulan dari peta chorografi yang dibuat dalam berbagai tata warna.

2) Peta Tematik

Peta tematik terdiri dari satu atau beberapa tema dengan informasi yang lebih dalam/detail. Disebut peta khusus atau tematik karena peta tersebut hanya menggambarkan satu atau dua kenampakan pada permukaan bumi (fenomena geosfer) tertentu, baik kondisi fisik maupun sosial budaya.

b. Jenis Peta berdasarkan Skalanya

Berdasarkan skalanya peta dapat digolongkan menjadi empat jenis, yaitu:

1) Peta kadaster/teknik, dengan skala antara 1 : 100 sampai 1 : 5.000.

2) Peta skala besar denganskala 1 : 5.000 sampai 1 : 250.000. Peta skala besar digunakan untuk menggambarkan wilayah yang relatif sempit, misalnya peta kelurahan.

3) Peta skala sedang, dengan skala antara 1 : 250.000 sampai 1: 500.000. Peta skala sedang digunakan untuk menggambarkan daerah yang agak luas, misalnya peta propinsi Jawa Tengah.

4) Peta skala kecil, dengan skala 1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000 atau lebih, digunakan untuk menggambarkan daerah yang relatif luas.

 

c. Bentuk-Bentuk Peta

Bentuk peta dapat bermacam-macam, antara lain:

1) Sketsa adalah peta yang dibuat secara garis besar, tidak mementingkan kebenaran ukuran dan bentuk obyek.

2) Peta adalah gambaran suatu obyek pada bidang datar yang memperhitungkan ukuran dan bentuk obyek.

3) Peta timbul adalah peta yang digambarkan dalam bentuk tiga dimensi sehingga relief permukaan bumi tampak jelas meskipun skala ke arah vertikal/ketinggian mengalami pengecilan. 4) Maket/Miniatur, hampir sama dengan peta timbul tetapi daerah yang digambarkan sempit sehingga kenampakan permukaan bumi lebih rinci.

5) Peta foto (Ortofoto) adalah foto udara yang diberi tambahan keterangan nama jalan, kota, nama geografis lainnya. Dengan demikian peta foto tidak mengalami generalisasi, tidak menggunakan simbol-simbol kartografis sehingga sulit membacanya.

6) Atlas adalah buku yang berisi bermacam-macam peta, biasanya disertai diagram dan gambar-gambar dan disertai penjelasan.

 

3. Atribut Peta (Unsur-Unsur Peta)

Peta yang baik biasanya dilengkapi dengan komponen-komponen peta, agar peta mudah dibaca, ditafsirkan dan tidak membingungkan. Peta terdiri dari beberapa unsur yang berfungsi memberi informasi tertentu agar pembaca mudah memahaminya.

Unsur-unsur peta tersebut antara lain:

a. Judul Peta

Judul peta harus mencerminkan isi peta. Judul peta biasanya diletakkan di bagian tengah atas peta. Tetapi judul peta dapat juga diletakkan di bagian lain dari peta, asalkan tidak mengganggu kenampakkan dari keseluruhan peta.

 

b. Garis Astronomis

Garis astronomis berguna untuk menentukan lokasi suatu tempat. Biasanya garis astronomis hanya dibuat tanda di tepi atau pada garis tepi dengan menunjukkan angka derajat, menit, dan detiknya tanpa membuat garis bujur atau lintang.

 

c. Skala Peta

Skala peta adalah perbandingan jarak antara dua titik sembarang di peta dengan jarak sebenarnya di permukaan bumi, dengan satuan ukuran yang sama. Skala sangat penting dicantumkan untuk melihat tingkat ketelitian dan kedetailan objek yang dipetakan. Skala peta berpengaruh pada besar kecilnya generalisasi peta, besar interval kontur yang akan digunakan dalam penggambaran peta dan sebagainya. Skala peta dapat dinyatakan dengan tiga cara:

1) Skala Angka/Skala Pecahan (Numeric Scale) yaitu skala peta yang dinyatakan dengan angka, misalnya 1 : 50.000 yang berarti jarak 1 cm dalam peta mewakili jarak horizontal 50.000 cm di medan/lapangan.

2) Skala Inci - Mil (Inch to Mile Scale), sering pula disebut skala yang dinyatakan dengan kalimat, yaitu skala peta yang dinyatakan dengan satuan inci untuk jarak dalam peta dan satuan mil untuk jarak di medan/lapangan.

3) Skala Grafik (Graphic Scale), yaitu skala yang dinyatakan dengan garis lurus yang dibagi menjadi beberapa bagian yang sama panjang dimana panjang bagian-bagian garis lurus tersebut mewakili jarak tertentu di medan. Contoh: Skala grafik mempunyai kelebihan dibanding jenis skala lainnya karena tidak menimbulkan masalah apabila peta diperbesar atau diperkecil lewat fotocopy.

Jika ada peta yang skalanya tidak tercantum, perlu dicari tahu skala dari peta tersebut. Maka ada beberapa cara menentukan skala peta tersebut:

1) Membandingkan peta yang sudah ada skalanya dengan peta yang belum ada skalanya tentang daerah yang sama.

2) Membandingkan jarak 2 tempat dalam peta dengan jarak kedua tempat tersebut di lapangan.

3) Memperhatikan kenampakan dalam peta yang sudah pasti ukurannya, misalnya lapangan sepak bola yang panjangnya = 100 m. Ukur panjang lapangan sepak bola dalam peta misalnya 1 cm, maka skala peta = 1 cm : 100 m 1 cm : 10.000 cm     => 1 : 10.000.

4) Menghitung jarak 2 garis lintang atau 2 garis bujur dalam peta. Dalam hal ini gunakan panjang 1° lintang dan 1° bujur.

5) Memperhatikan interval kontur dalam peta. Besar interval kontur untuk peta-peta topografi di Indonesia menggunakan rumus: Ci = 1/2000 x Angka penyebut skala (Catatan: Ci dalam meter).

 

d. Legenda atau keterangan

Legenda adalah penjelasan simbol-simbol yang terdapat dalam peta. Gunanya agar pembaca dapat dengan mudah memahami isi peta. Jika detail peta kelihatan tidak familiar, mempelajari legenda peta akan sangat membantu sebelum melanjutkan proses lebih jauh.

Gambar 1. Contoh Legenda/ Keterangan Pada Peta.

 

e. Tanda Arah atau Tanda Orientasi

Simbol arah dicantumkan dengan tujuan untuk orientasi peta. Gunanya untuk menunjukkan arah utara, Selatan, Timur dan Barat. Tanda arah pada peta biasanya berbentuk tanda panah yang menunjuk ke arah Utara. Petunjuk ini diletakkan di bagian mana saja dari peta, asalkan tidak mengganggu kenampakan peta.

Gambar 2. Orientasi Peta Pada Peta Rupa Bumi Indonesia

Orientasi/tanda arah pada peta topografi, ditunjukkan dengan 3 macam utara, yaitu Utara Sebenarnya (utara yang ditunjukkan mengarah ke Kutub Utara bumi atau sejajar dengan sumbu bumi, sering pula disebut Utara Geografi), Utara Magnetik (utara yang menunjuk ke arah Kutub Utara Magnet bumi, atau utara yang ditunjukkan oleh kompas), Utara Peta (utara yang ditunjukkan oleh grid di dalam peta, sejajar dengan meridian sentral. Sering pula disebut Utara Grid). Ketiga arah Utara ini biasanya diletakkan di bagian bawah Peta Topografi atau Peta Rupa Bumi.

Ketiga sudut yang dibentuk ketiga garis arah utara tersebut disebut:

1) Deklinasi Magnetik, yaitu sudut antara Utara Sebenarnya dengan Utara Magnetik;

2) Sudut Konvergensi Magnetik, yaitu sudut antara Utara Peta dan Utara Magnetik;

3) Sudut Konvergensi Meridian (Gesiment), yaitu sudut antara Utara Peta dan Utara Sebenarnya.

 

f. Simbol dan Warna

Agar pembuatan peta dapat dilakukan dengan baik, ada dua hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu simbol dan warna. Simbol-simbol dalam peta harus memenuhi syarat, sehingga dapat menginformasikan hal-hal yangdigambarkan dengan tepat. Syarat-syarat tersebut adalah sederhana, mudah dimengerti, dan bersifat umum.

Uraian berikut akan menjelaskan satu demi satu tentang simbol dan warna tersebut.

1) Simbol Peta

a) Macam-macam simbol peta berdasarkan bentuknya:

(1)   Simbol titik, digunakan untuk menyajikan tempat atau data posisional, seperti simbol kota, pertambangan, titik trianggulasi (titik ketinggian) tempat dari permukaan laut dan sebagainya.

Simbol titik sendiri dapat terbagi menjadi tiga, yaitu:

(a) Simbol Geometrik atau Abstrak, Simbol yang digunakan untuk mewakili suatu kenampakan muka bumi dengan bentuk yang abstrak, yang mudah digambar namun agak sulit diketahui maksudnya.

(b) Simbol Piktorial, Simbol, yang digunakan untuk mewakili suatu kenampakan muka bumi dengan bentuk yang mirip atau identik dengan bentuk asli kenampakan tersebut.

(c) Simbol Huruf (Letter Symbol), Simbol yang digunakan untuk mewakili suatu kenampakan muka bumi yang khas atau khusus dengan huruf. Penggunaan simbol tersebut disesuaikan pula dengan jenis peta. Simbol ini mempunyai bentuk yang sangat sederhana dan sangat mudah di pahami, namun kebanyakan simbol ini kurang memiliki nilai keindahan ataupun kurang begitu artistik.

(2)   Simbol garis, digunakan untuk menyajikan data geografis misal; sungai, batas wilayah, jalan. Simbol garis merupakan simbol yang digunakan untuk mewakili kenampakan muka bumi yang berupa garis, perhubungan, pemisahan, serta gerakan atau arus. Simbol garis digunakan untuk menunjukan tanda seperti jalan, sungai, rel Kereta Api dan lainnya, dengan demikian timbul istilah-istilah :

(a) Isohyet yaitu garis dengan jumlah curah hujan sama

(b) Isobar yaitu garis dengan tekanan udara sama

(c) Isogon yaitu garis dengan deklinasi magnet yang sama

(d) Isoterm yaitu garis dengan angka suhu sama

(e) Isopleth yaitu garis yang menunjukan angka kuantitas yang bersamaan

Simbol garis dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu:

(a) Simbol garis deskriptif yaitu simbol garis yang digunakan untuk menyatakan unsur yang sesungguhnya ada, bentuknyapun biasanya mirip dengan sesungguhnya

(b) Simbol garis abstrak yaitu simbol garis yang digunakan untuk menyatakan unsur yang tak tampak, bentuknya menyesuaikan. Contoh:

- – - – - – - – - - : batas kecamatan

++++++++++ : batas propinsi

—————— : jalan setapak

1) Simbol Luasan

(a) Simbol luasan (Area), digunakan untuk menunjukkan kenampakan area misalnya rawa, hutan, padang pasir dan sebagainya.

(b) Simbol aliran,digunakan untuk menyatakan alur dan gerak

 

b) Macam macam simbol berdasarkan fungsinya

(1) Simbol daratan

(2) Simbol perairan

(3) Simbol budaya

 

c) Berdasar atas arti atau sifatnya:

(1) Simbol kualitatif, yaitu simbol yang menyatakan keadaaan sebenarnya apa yang digambarkan dengan bentuk yang lebihsederhana. Simbol ini hanya mewakili unsur yang dimaksud baik berupa titik, garis, maupun luasan.

(2) Simbol kuantitatif, yaitu simbol yang menyatakan keadaaan sebenarnya apa yang digambarkan dengan bentuk yang lebih sederhana dengan disertai dengan nilai atau kuantitasnya. Nilai atau kuantitas tersebut dapat menunjukkan ketinggian, jumlah, luas, dan sebagainya.

2) Warna

Penggunaan warna pada peta (dapat juga pola seperti titik-titik atau jaring kotak-kotak dan sebagainya) ditujukan untuk tiga hal, yaitu untuk:

a) membedakan

b) menunjukan tingkatan kualitas maupun kuantitas (gradasi)

c) keindahan

Dalam menyatakan perbedaan digunakan bermacam warna atau pola. Tidak ada peraturan yang baku mengenai penggunaan warna dalam peta. Jadi penggunaan warna adalah bebas, sesuai dengan maksud atau tujuan si pembuat peta dan kebiasaan umum. Contohnya:

a) Untuk laut, danau digunakan warna biru.

b) Untuk temperatur (suhu) digunakan warna merah atau coklat.

c) Curah hujan digunakan warna biru atau hijau.

d) Daerah pegunungan tinggi/dataran tinggi (2000 - 3000 meter) digunakan coklat tua.

e) Dataran rendah (pantai) ketinggian 0 sampai 200 meter dpl. digunakan warna hijau.

Dilihat dari sifatnya, warna pada peta dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: simbol warna kualitatif dan kuantitatif. Simbol warna kualitatif hanya membeda-kan unsurnya saja. Sedangkan kuantitatifmenunjukkan jumlah atau nilai gradasi-nya, meskipun juga untuk membedakan unsurnya

Gambar 3. Warna kualitatif, (penggunaan Warna untuk memperlihatkan Perbedaan unsur)

Sumber: Sandi, 1976

 

Gambar 4. Warna Kuantitatif (perbedaan warna untuk memperlihatkan perbedaan tekanan /gradasi atau perbedaan besar dan kecil)

Sumber: Sandi, 1976

 

g. Sumber dan Tahun Pembuatan Peta

Sumber memberi kepastian kepada pembaca peta, bahwa data dan informasi yang disajikan dalam peta tersebut benar benar abash (dipercaya/akurat), dan bukan data fiktif atau hasil rekaan. Selain sumber, tahun pembuatan peta juga perlu diperhatikan. Pembaca peta dapat mengetahui bahwa peta itu masih cocok atau tidak untuk digunakan pada masa sekarang.

 

h. Inset dan Indek peta

Inset peta merupakan peta yang diperbesar dari bagian belahan bumi. Sebagai contoh, mau memetakan pulau Jawa, pulau Jawa merupakan bagian dari kepulauan Indonesia yang diinzet. Sedangkan indek peta merupakan sistem tata letak peta, yang menunjukan letak peta yang bersangkutan terhadap peta yang lain di sekitarnya. Berdasarkan fungsinyanya, inset di bedakan menjadi 3 macam yaitu :

1) Inset yang berfungsi untuk menunjukkan lokasi relatif wilayah yang tergambar pada peta utama. Inset ini memiliki skala lebih kecil dari peta utama, untuk menjelaskan letak/hubungan antara wilayah pada peta utama dengan wilayah lain di sekelilingnya. Inset yang berfungsi memperbesar/memperjelas sebagian kecil wilayah pada peta utama.

2) Inset ini memiliki skala lebih besar dari peta pokok, mempunyai kegunaan untuk menjelaskan bagian dari peta pokok yang dianggappenting.

3) Inset yang berfungsi untuk menyambung wilayah pada peta utama. Inset ini memiliki skala sama besar dengan peta utama dan juga merupakan peta utama yang disambung.

 

i. Grid

Dalam selembar peta sering terlihat dibubuhi semacam jaringan kotakkotak atau grid system. Tujuan grid adalah untuk memudahkan penunjukan lembar peta dari sekian banyak lembar peta dan untuk memudahkan penunjukan letak sebuah titik di atas lembar peta. Cara pembuatan grid yaitu, wilayah dunia yang agak luas, dibagi-bagi kedalam beberapa kotak.

Tiap kotak diberi kode. Tiap kotak dengan kode tersebut kemudian diperinci dengan kode yang lebih terperinci lagi dan seterusnya. Jenis grid pada peta-peta dasar (peta topografi) di Indonesia adalah: Kilometer ruitering (kilometer fiktif) yaitu lembar peta dibubuhi jaringan kotak-kotak dengan satuan kilometer.

j. Nomor peta

Penomoran peta penting untuk lembar peta dengan jumlah besar dan seluruh lembar peta terangkai dalam satu bagian muka bumi. Nomor lembar peta pada peta topografi memberikan petunjuk tentang kedudukan lembar peta dalam seri pemetaan. Nomor seri peta dibuat / direncanakanberdasar skala peta. Nomor edisi peta selalu berhubungan dengan tanggal atau tahun penerbitan.

 

k. Sumber/Keterangan Riwayat Peta

Keterangan ini merupakan catatan tentang asal usul pemetaan tersebut, terutama mengenai sumber data, metode pemetaan, tahun pengumpulan/pengolahaan dan tanggal pembuatan/pencetakan peta, serta keterangan lain yang ditekankan pada pemberian identitas peta, meliputi penyusun peta, percetakan, sistem proyeksi peta, penyimpangan deklinasi magnetis, dan lain sebagainya yang memperkuat identitas penyusunan peta yang dapat dipertanggungjawabkan.

 

l. Elevasi

Salah satu unsur yang penting lainnya pada suatu peta adalah informasi tinggi suatu tempat terhadap rujukan tertentu. Unsur ini disebut dengan elevasi, yaitu ketinggian sebuah titik di atas muka bumi dari permukaan laut. Kartograf menggunakan teknik yang berbeda untuk menggambarkan ketinggian, misalnya permukaan bukit dan lembah. Satuan ketinggian

merupakan keterangan mengenai satuan untuk ketinggian yang digunakan dalam peta, satuan ketinggian yang digunakan di Indonesia adalah satuan meter.

Peta Topografi tradisional menggunakan garis lingkaran yang memusat yang disebut dengan garis kontur, untuk menggambarkan elevasi. Setiap garis menandakan ketinggian di atas permukaan laut. Berdasarkan garis kontur tersebut, konfigurasi relief lebih mudah dibaca bila dibandingkan metode lainya, namun demikian kadang kadang penggambaran relief dengan garis kontur saja kesan tiga dimensinya sulit digambarkan,sehingga timbul cara yaitu hill shading. Hill shading merupakan pemberian warna atau bayangan pada suatu gambar relief untuk menciptakan suatu bentuk tiga dimensional pada metode garis kontur. Prinsip yang dipakai adalah dengan menggunakan prinsip penyinaran. Biasanya penyinaran / arah sinar datang dari arah barat laut, sehingga bayangan terjadi di sebelah tenggara.

Gambar 5. Hill Shading

sumber: etc.usf.edu

Sebagai ganti garis kontur, peta berwarna seringkali menggunakan standarisasi skala warna untukmenunjukkan elevasi; laut diberi warna biru, elevasi rendah digambarkan dengan bayangan hijau,elevasi tinggi digambarkan dari range sawo matang sampai coklat, dan puncak tertinggi diberi warna putih, menunjukkan salju. Semakin tajam bayangan warna biru sama artinya dengan semakin dalam kedalaman suatu laut atau danau.

 m. Koordinat

Secara teori, koordinat merupakan titik pertemuan antara absis dan ordinat. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yakni perpotongan antara garis-garis yang tegak lurus satu sama lain.

Sistem koordinat yang dipakai adalah koordinat geografis (geographical coordinate). Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis katulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan garis katulistiwa.

Garis bujur adalah garis khayal yang menghubungkan kutub utara dan kutub selatan, mengukur seberapa jauh suatu tempat dari meridian.

Sedangkan garis lintang adalah garis khayal di atas permukaan buni yang sejajar dengan khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit dan detik.

Derajat dibagi dalam 60 menit dan tiap menit dibagi dalam 60 detik. Sebagai contoh Menara Eiffel di Paris mempunyai koordinat 48o 51’ 3” Lintang Utara dan 2o 17’ 35” Bujur Timur. Kadang-kadang koordinat ditunjukkandalam desimal sebagai ganti dari menit dan detik. Koordinat Menara Eiffel dapat juga ditulis sebagai 48o 51,53333 Lintang Utara dan 2o 17,5833 Bujur Timur.

 n. Letering

Letering ditujukan untuk mengidentifikasi/memberi penjelasan dari suatu kenampakan yang tertera di dalam peta. Fungsi letering: memudahkan dalam menganalisis peta, memberikan suatu kenampakan yg baik dan teratur pada peta.

 

4. Proyeksi Peta

Permukaan bumi adalah bidang lengkung, dan peta, merupakan bidang datar., artinya, semua peta tidak terkecuali globe mengalami distorsi dari bumi yang sebenarnya.

Untuk wilayah yang lebih kecil, distorsi tidak signifikan karena wilayah yang kecil dalam globe kelihatan seperti permukaan datar. Untuk wilayah yang lebih luas atau untuk tujuan yang butuh akurasi tinggi, distorsi merupakan hal yang penting. Secara khusus pengertian dari proyeksi peta adalah cara memindahkan sistem paralel (garis lintang) dan meridian (garis bujur) berbentuk bola (Globe) ke bidang datar (peta). Pemindahan dari globe ke bidang datar harus diusahakan akurat. Agar kesalahan diperkecil sampai tidak ada kesalahan maka proses pemindahan harus memperhatikan syarat-syarat di bawah ini:

a. Bentuk-bentuk di permukaan bumi tidak mengalami perubahan (harus tetap), persis seperti pada gambar peta di globe bumi.

b. Luas permukaan yang diubah harus tetap.

c. Jarak antara satu titik dengan titik lain di atas permukaan bumi yang diubah harus tetap.

Bila diminta untuk memetakan seluruh permukaan bumi, maka harus tepat dalam memilih proyeksi yang digunakan. Pemilihan proyeksi tergantung pada:

a. Bentuk, luas dan letak daerah yang dipetakan

b. Ciri-ciri tertentu/ciri asli yang akan dipertahankan.

Untuk memenuhi ketiga syarat itu sekaligus merupakan hal yang tidak mungkin, dan untuk dapat membuat rangka peta yang meliputi wilayah yang lebih besar, harus dilakukan kompromi antara ketiga syarat di atas. Ini mengakibatkan lahirnya bermacam jenis proyeksi peta. Poyeksi peta dapat digolongkan atas beberapa sudut pandang:

a. Ditinjau dari sifat asli yang akan dipertahankan:

1) Proyeksi equivalent, dimana luas daerah dipertahankan sama artinya luas di atas peta sama dengan luas di atas muka bumi setelah dikalikan skala.

2) Proyeksi conform, dimana sudut-sudut dipertahankan sama.

3) Proyeksi equidistant, dimana jarak dipertahankan sama artinya jarak di atas peta sama dengan jarak di atas muka bumi setelah dikalikan skala.

b. Ditinjau dari macam bidang proyeksi:

1) Proyeksi azimuthal/zenithal, bidang proyeksi adalah bidang datar.

2) Proyeksi kerucut, bidang proyeksi adalah kerucut.

3) Proyeksi silinder, bidang proyeksi adalah bidang silinder.

c. Ditinjau dari kedudukan sumbu simetri/garis karakteristik bidang proyeksi:

1) Proyeksi normal, sumbu simetri berimpit dengan sumbu bumi.

2) Proyeksi miring, sumbu simetri membentuk sudut dengan sumbu bumi.

3) Proyeksi transversal, sumbu simetri tegak lurus sumbu bumi atau terletak pada bidang equator.

Beberapa jenis proyeksi yang umum adalah silinder/tabung (cylindrical), kerucut (conical), bidang datar (zenithal) dan gubahan (arbitrarry)

Gambar 6. Proyeksi Peta a. zenithal, b. kerucut, c. silinder

 

a. Proyeksi Azimuthal, proyeksi peta yang menggunakan bidang datar sebagai bidang proyeksi. Pada proyeksi ini bola bumi menyinggung bidang proyeksi pada salah satu kurub (kutub utara atau kutub selatan) disebut proyeksi azimuthal normal, sedang apabila menyinggung pada salah satu titik equator disebut proyeksi azimuthal equatorial atau menyinggung di sembarang tempat pada bola bumi disebut proyeksi azimuthal miring (oblique).

Gambar 7 Proyeksi azimuthal normal

 

b. Proyeksi Silinder, biasanya menggunakan bidang silinder sebagai bidang proyeksinya. Kenampakan yang ada pada bola bumi (globe) diproyeksikan ke bidang silinder, kemudian bidang silinder dipotong dan dibuka menjadi bidang datar. Sifat proyeksi silinder yang normal adalah lingkaran-lingkaran meridian diproyeksikan menjadi garis-garis lurus vertikal yang sejajar. Lingkaran-lingkaran parallel diproyeksikan menjadi garis-garis lurus yang sejajar dan tegak lurus dengan meridian.

Gambar 8. Proyeksi Silinder normal

 

c. Proyeksi Kerucut, apabila diletakkan suatu kerucut pada bola bumi, kerucut tersebut akan menyinggung bola bumi sepanjang suatu lingkaran apabila kerucut tersebut dalam posisi normal maka garis singgung dari bidang kerucut dengan bola bumi adalah suatu paralel standar,dimana pada paralel standar tidak mengalami distorsi. Kedudukan sumbu kerucut terhadap sumbu bola bumi dapat normal, miring dan transversal.

Gambar 9. Proyeksi kerucut dengan satu standar paralel.

 

Jenis proyeksi yang sering di jumpai sehari-hari adalah proyeksi gubahan, yaitu proyeksi yang diperoleh melalui perhitungan. Salah satu proyeksi gubahan yang sering digunakan adalah proyeksi Mercator. Proyeksi ini merupakan sistem proyeksi Silinder, Konform, Secant, Transversal.

Contoh-contoh proyeksi gubahan :

Proyeksi Bonne sama luas                Proyeksi Mollweide

Proyeksi Gall                                     Proyeksi Sinusoidal

Proyeksi Polyeder                             Proyeksi Homolografik

Proyeksi Lambert                              Proyeksi Mercator

Kapan masing-masing proyeksi itu dipakai ?

a. Seluruh Dunia, Dalam dua belahan bumi dipakai Proyeksi Zenithal kutub. Peta-peta statistik (penyebaran penduduk, hasil pertanian) menggunakan proyeksi Mollweide Peta Arus laut, menggunakan proyeksi Mollweide atau Gall, Peta navigasi dengan arah kompas tetap menggunakan proyeksi Mercator

b. Daerah Kutub, menggunakan proyeksi Proyeksi Lambert dan proyeksi Proyeksi Zenithal sama jarak

c. Daerah Belahan Bumi Selatan, menggunakan proyeksi Sinusoidal, Lambert dan Bonne

d. Daerah yang lebar ke samping tidak jauh dari Khatulistiwa, menggunakan salah satu proyeksi kerucut, proyeksi apapun sebenarnya dapat dipakai. Untuk daerah yang membujur Utara-Selatan tidak jauh dari Khatulistiwa menggunakan proyeksi Lambert atau Bonne.

 

5. Membaca Peta

Membaca peta adalah upaya mengenal medan atau kenampakankenampakan di permukaan bumi dari peta dengan memperhatikan simbolsimbol yang terdapat dalam peta. Tidak cukup hanya membaca simbol-simbol yang terdapat dalam peta melainkan perlu dianalisis hubungan antar symbol agar kita memperoleh tafsiran yang tepat mengenai keadaan sebenarnya di medan. Supaya dapat membaca pete dengan baik maka seseorang hendaknya memiliki:

a. Kemampuan membayangkan, artinya dengan melihat simbol-simbol dalam peta dapat membayangkan keadaan sebenarnya di lapangan.

b. Ketajaman menganalisis, artinya dengan melihat simbol-simbol yang ada dalam peta kemudian dihubungkan satu sama lain. kita sampai pada kesimpulan gambaran medan yang sebenarnya.

c.  Memiliki pengetahuan umum yang memadai, mengingat peta memuat berbagai kenampakan baik alamiah maupun buatan manusia.

d. Latihan yang teratur, artinya sering membaca peta disusul melihat kenyataan yang ada di lapangan.

Sebelum mulai membaca peta, perlu diperhatikan judul peta, tipe peta, sumber dan tahun pembuatan, skala peta, orientasi peta dan legenda. Beberapa hal yang perlu dan dapat dibaca dari peta adalah:

a. Jarak, membaca jarak antara dua tempat dalam peta merupakan perhitungan dengan menggunakan skala peta. Akan tetapi perlu diingat bahwa jarak yang ditunjukkan dalam peta adalah jarak horisontai, bukan jarak sebenarnya di permukaan bumi yang berupa bidang lengkung dan tidak rata.

b. Arah, membaca arah dari peta umumnya dilakukan dengan menghitung sudut yang dibentuk oleh garis Utara - Selatan yang melalui suatu tempat tertentu vang diketahui dan garis dari tempat tersebut ke obyek.

Ada 2 cara menyatakan arah yaitu dengan sudut bearing dan sudut azimuth.

1) Bearing: merupakan cara lama untuk meyatakan arah, yaitu dengan mengukur sudut dari arah Utara atau Selatan ke arah Timur atau ke arah Barat sampai ke obyek

Gambar 10. Contoh sudut arah diukur dengan menggunakan bearing

2) Azimuth: merupakan sudut yang diukur dari Utara searah dengan jarum jam sampai ke obyek. Besarnya dari 0 - 360°.

c. Lokasi, Merupakan cara menentukan letak suatu tempat di dalam peta ada beberapa alternatif:

1) Dengan menggunakan garis meridian dan paralel (Letak Astronomis). Cara ini sudah sangat umum digunakan, tetapi kurang praktis karena titik pangkalnya jauh dan dinyatakan dalam derajad.

2) Jarak dan arah (Polar-Coordinate). Letak suatu tempat dinyatakan dengan jarak dan arahnya dari suatu titik yang diketahui. Contoh: Lokasi Kota Batu dari Malang adalah: Azimuth 315°/18 km. Ini menunjukkan arahnya dilihat dari Malang azimuth 315° dan jaraknya 18 km dari Malang.

3) Jarak dan Jarak (Local plane coordinate). Letak suatu tempat ditentukan dengan jarak dan jarak dari suatu titik pangkal tertentu. Cara ini biasanya menggunakan kotak-kotak sama besar/grid untuk memudahkan pembaca, sedang titik pangkal ditentukan. Contoh: lihat lokasi titik P (486, 585) pada sistem grid Indonesia.

4) Arah dan Arah. Letak suatu tempat dinyatakan dengan arah/azimuth dari 2 tempat tertentu yang telah diketahui. Contoh: tentukan letak titik C dengan azimuth 110° dari A dan 250° dari B.

d. Luas, Untuk menghitung luas suatu daerah dari peta, ada beberapa cara yang dapat di tempuh:

1) Metode Bujur Sangkar {Square Method). Daerah yang akan dihitungluasnya dibagi-bagi kedalam beberapa bujur sangkar yang sama besarnya. Kemudian dihitung berapa banyak bujur sangkar dalam daerah tersebut dengan ketentuan bahwa daerah yang kurang dari ¼ bujur sangkar diabaikan, dan yang lebih dari dibulatkan menjadi satu.

Luas daerah = banyaknya bujur sangkar x luas 1 bujur sangkar.

2) Metode persegi panjang (Strip Method). Daerah yang akan dihitung luasnya diberi garis-garis sejajar berjarak sama. Kemudian pada tepinya dibuat garis tegak lurus sehingga terbentuk beberapa empat persegi panjang. Usahakan agar garis tersebut give and take line) menghasilkan keseimbangan antara daerah yang masuk kedalam empat persegi dan yang tidak masuk. Luas daerah = jumlah luas empat persegi panjang.

3) Metode segitiga (Triangulair Method). Prinsipnya sama saja, hanya dengan cara ini kita membuat segitiga-segitiga di dalam daerah yang akan dihitung luasnya. Luas daerah seluruhnya = jumlah luas segitiga yang terbentuk + luas offset. Luas segitiga = 14 alas x tinggi; Luas offset = % (jumlah alas) x tinggi. Cara ini secara teoritis sangat baik karena tidak ada bagian yang dihilangkan, tetapi kurang praktis sebab hitungannya sulit. Oleh karena itu cara ini jarang digunakan.

4) Planimeter. Cara ini merupakan cara terbaik untuk menghitung luas daerah dari peta. Alat ini terdiri dari satu tangan tetap/tidak bergerak, dan tangan lainnya dapat bergerak leluasa yang ujungnya dilengkapi dengan roda dan lensa pengamat. Ujung yang bebas ini digerakkan sepanjang garis batas daerah yang akan dihitung luasnya sehingga tercatat jarak yang dilalui.

Luas daerah = c.d (c = koefisien planimeter, d = jarak yang tercatat pada alat)

e. Tinggi, Lereng dan Bentuk. Ketiga faktor ini sangat erat kaitannyadengan penggambaran relief sehingga ketiganya akan dibicarakan sekaligus sambil menguraikan beberapa cara penggambaran relief secara ringkas. Cara-cara penggambaran relief yang akan dibahas di sini adalah:

1) Hachuring.

Suatu cara penggambaran relief dengan garis-garis yang jaraknya sama dan arahnya disesuaikan dengan kemiringan lereng. Tebal-tipisnya garis disesuaikan dengan kecuraman lereng.

Kebaikan: relief effect baik sekali karena tebal garis tidak sama. Bentuk daerah nampak jelas meskipun oleh orang yang belum terlatih.

Keburukan: ketinggian tempat tidak dapat diketahui, kemiringan lereng juga sulit diukur dengan tepat walaupun besar lereng dapat dihitung sesuai tebai-tipisnya garis. Namun dalam praktek sukar sekali, terutama lereng yang lebih dari 45° dalam peta Nampak sama semua berwarna hitam.

2) Plastic shading.

Suatu cara penggambaran relief denganpenyinaran sehingga menghasilkan bayangan. Ada 2 cara penyinaran, yaitu: penyinaran tegak (vertical iilumination) dan penyinaran miring (oblique iilumination), Dengan melakukan penyinaran maka gambar yang dihasilkan seperti foto hitam putih, ada bagian yang terang dan ada bagian yang gelap/bayangan. Bentuk daerah nampak baik dan jelas sekali, tetapi besarnya lereng dan ketinggian tempat sulit diketahui. Secara relatif besar lereng dapat dibedakan dari gelap terangnya bayangan di mana lereng yang curam akan nampak lebih gelap daripada lereng yang landai.

 

3) Contouring.

Cara penggambaran relief dengan menggunakan contour atau garis yang menghubungkan tempat-tempat berketinggian sama. Contour interval (Ci) adalah selisih ketinggian antara 2 garis contour yang dinyatakan dalam meter. Jadi merupakan jarak vertikal antara garis-garis contour. Besar kecilnya Ci yang digunakan tergantung pada:

a) Skala Peta, makin besar skala peta makin kecil contour interval.

b) Relief, makin kasar relief makin besar contour interval.

c) Maksud pembuatan peta, kalau dimaksudkan untuk keperluan detail misalnya untuk pembuatan saluran irigasi, pembuatan jalan Kereta Api dan sebagainya, maka Ci dibuat kecil (biasanya 1 - 5 meter), sebaliknya untuk keperluan yang kurang detail.

d) Ketetapan, untuk Peta Topografi Indonesia, telah ditetapkan bahwa besar

Ci = 1/2000 x Angka Penyebut Skala (dalam meter).

Contoh: Peta Topografi Indonesia berskala 1 : 50.000.

Ci = 1/2000 x 50.000 = 25 meter.

 

==================

0 komentar:

Posting Komentar