PENGINDERAAN JAUH
APLIKASI DI DUNIA NYATA
A. Manfaat
Penginderaan Jauh
Dalam kehidupan sehari-hari manusia
membutuhkan peta, namun dengan semakin berkembangnya waktu wilayah akan berubah
seiring dengan perkembangan manusia dan kegiatannya. Dengan demikian peta pun
harus berubah untuk mengikuti perkembangan tersebut. Sebagai contoh peta keruangan
yang dibuat pada tahun 1980 tentu tidak akan relevan jika digunakan untuk
mencari informasi pada tahun 2019.
Berkaitan dengan informasi pada peta yang harus
selalu di update, manusia saat ini dan terkadang membutuhkan hal yang instan,
selalu tersedia dan cepat. Hal itu bisa diihat pada pemanfaatan program peta
digital yang bisa dilihat sebagai aplikasi yang tertanam pada alat-alat
komunikasi.
Bagaimana cara mengupdate dan membuat
informasi suatu wilayah dalam bentuk peta dengan cepat, metode penginderaan
jauhlah yang dapat menjawab kebutuhan tersebut. Penginderaan jarak jauh atau
dalam bahasa Inggris disebut dengan remote sensing merupakan suatu metode dalam
mengetahui dan memperoleh informasi atau data seakurat mungkin tentang suatu
obyek atau wilayah tanpa harus melakukan survei fisik di lapangan atau berkontak
langsung dengan obyek tertentu yang dimaksud. Kemajuan teknologi dan ilmu
pengetahuan dalam pemetaan dan pengaturan ruang wilayah telah mengubah cara
visualisasi bentuk-bentuk permukaan bumi daratan dan perairan yang selama ini
tidak dapat diwujudkan.
Hasil penginderaan jauh berupa citra merupakan
alat yang baik untuk pembuatan peta, baik sebagai sumber data maupun sebagai
kerangka letak.
Citra akan menyajikan gambar secara lengkap,
hal ini memungkinkan untuk penggunaan berbagai bidang, baik secara
sendiri-sendiri maupun secara bersama. Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) telah mendekatkan masyarakat dengan data dan informasi
geospasial. Berbagai aplikasi di gawai (gadget) telah memanfaatkan informasi
geospasial berupa peta digital untuk memudahkan pengguna melakukan berbagai
aktivitas seperti transportasi online, navigasi, pencarian lokasi, dan
lain-lain. Teknologi penginderaan jauh disini merupakan sumber data utama dalam
penyelenggaraan informasi geospasial. Saat memesan ojek online misalnya,
pengguna harus memasukkan lokasi penjemputan dan lokasi tujuan. Pada saat
pengguna menentukan titik lokasi, maka aplikasi akan terhubung ke peta digital.
Pendefinisian lokasi ini bisa diterjemahkan dengan baik oleh aplikasi yang
memanfaatkan teknologi Global Positioning System (GPS). Pada saat itulah
sebenarnya masyarakat telah memanfaatkan data dan informasi geospasial.
B. Aplikasi
Pemanfaatan Penginderaan Jauh
Teknologi penginderaan jauh seringkali
dipadukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) sehingga menciptakan
informasi yang sangat bermanfaat. Penginderaan jauh (Inderaja) memiliki manfaat
yang sangat besar dalam sistem informasi data dan pengelolaannya, antara lain
untuk mendeteksi perubahan data dan pengembangan model di berbagai kepentingan.
Di bawah ini disajikan beberapa contoh manfaat penginderaan jauh diberbagai
bidang.
1. Kegiatan pencarian lokasi dan musibah
kecelakaan pesawat Kecelakan pesawat kadang terjadi di tempat yang tidak
terduga dan sulit dijangkau, misalnya di tengah lautan atau di dalam hutan.
Saat kecelakaan fatal seperti ini terjadi, teknologi penginderaan jauh dengan
satelit sangat berguna dalam upaya penyelamatan korban kecelakaan. Dengan
penginderaan jauh, tim penyelamat akan dapat mencari lokasi terjadinya
kecelakaan pesawat dan mencari korban kecelakaan.
2. Penggunaan peta digital Ragam aplikasi peta digital antara lain adalah google maps, bings, waze dan lain-lain. Salah satu aplikasi yang sering digunakan adalah google maps, aplikasi ini sangat berguna bagi kita untuk menemukan rute jalan, restoran terdekat, atau hotel yang direkomendasikan. Tetapi dari manakah apikasi itu memperoleh gambaran petanya? Google Maps dan aplikasi peta digital lainnya memperolah gambaran peta dengan cara penginderaan jauh melalui satelit. Dengan penginderaan jauh, kita dapat melihat berbagai tempat di dunia hanya dengan ujung jari.
3. Mendeksi pencemaran minyak di laut Kebocoran pada kilang minyak lepas pantai dapat mencemari lingkungan laut dan membahayakan makhluk hidup di dalam laut. Kebocoran minyak memerlukan penanganan yang cepat sebelum area yang tercemar semakin meluas. Penginderaan jauh melalui satelit akan dapat mendeteksi area mana yang telah tercemar. Teknologi penginderaan jauh juga dapat mengidentifikasi arah pergerakan polutan minyak.
4. Deteksi Kebakaran hutan Kebakaran hutan di Indonesia terjadi hampir setiap tahun. Kebakaran hutan bukan hanya disebabkan oleh faktor alam saja, melainkan juga disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pembersihan lahan dan perluasan lahan untuk pertanian atau perkebunan. Kebakaran hutan/lahan dapat diindikasikan dengan adanya titik api (hotspot). Hotspot dapat dapat dipantau secara harian menggunakan citra satelit penginderaan jauh. Penelitian bertujuan untuk menganalisis dampak asap kebakaran hutan/lahan menggunakan citra satelit penginderaan jauh. Dari penelitian, arah atau aliran dan sebaran asap yang terbawa oleh arus angin dapat diketahui secara visual dalam bentuk informasi citra sebaran asap. Informasi ini dapat digunakan oleh pemerintah sebagai masukan dalam menentukan keputusan mitigasi bencana di wilayah Indonesia maupun dampak yang mungkin terjadi bagi negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.
Demikian beberapa contoh implementasi Penginderaan jauh pada berbagai bidang. Implementasi lain pada berbagai bidang akan diuraikan pada bahan bacaan.
BAHAN BACAAN
1. Konsep
Dasar Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh dapat disejajarkan dengan
suatu proses membaca. Dengan menggunakan mata bertindak sebagai alat pengindera
(sensor) yang menerima cahaya yang dipantulkan. Data yang diterima oleh mata
berupa energi sesuai dengan jumlah cahaya yang dipantulkan dari bagian terang.
Data tersebut dianalisis atau ditafsir di dalam pikiran agar dapat menerangkan
bahwa bagian yang gelap pada halaman ini merupakan sekumpulan hurufhuruf yang
menyusun kata-kata. Lebih dari itu, kata-kata tersebut menyusun
kalimat-kalimat, dan menafsir arti informasi yang terdapat pada kalimatkalimat
itu.
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah beberapa
definisi penginderaan jauh.
a. Penginderaan
jauh adalah ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah
atau gejala, dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan
alat, tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau gejala yang akan dikaji
(Lillesand dan Kiefer, 1990, dalam Suryantoro, Agus 2004).
b. Penginderaan
jauh merupakan upaya untuk memperoleh, menemutunjukkan (mengidentifikasi) dan
menganalisis objek dengan sensor pada posisi pengamatan daerah kajian (Avery,
1985 dalam Susanto, 1986).
c. Penginderaan
jauh merupakan teknik yang dikembangkan untuk memperoleh dan menganalisis
informasi tentang bumi. Informasi itu berbentuk radiasi elektromagnetik yang
dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi (Lindgren, 1985, dalam Susanto
1986).
Dari beberapa batasan pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa penginderaan jauh merupakan upaya memperoleh informasi
tentang objek dengan menggunakan alat yang disebut “sensor”, tanpa kontak
langsung dengan objek. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa penginderaan
jauh merupakan upaya untuk memperoleh data dari jarak jauh dengan menggunakan
peralatan tertentu. Data yang diperoleh itu kemudian dianalisis dan
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
Data yang diperoleh dari penginderaan jauh
dapat berbentuk hasil dari variasi daya, gelombang bunyi atau energi elektromagnetik.
Sebagai contoh grafimeter memperoleh data dari variasi daya tarik bumi
(gravitasi), sonar pada sistem navigasi memperoleh data dari gelombang bunyi
dan mata kita memperoleh data dari energi elektromagnetik.
Jadi penginderaan jauh merupakan pemantauan
terhadap suatu objek dari jarak jauh dengan tidak melakukan kontak langsung
dengan objek tersebut.
2. Peranan
Penginderaan Jauh
Sistem pengindraan jauh dalam geografi sangat
bermanfaat dalam memberikan informasi suatu wilayah dengan kondisi fisik dan sosiaInya
serta dalam hal pemantauan sumber daya alam dan lingkungan.
Beberapa manfaat penginderaan jauh adalah
sebagai berikut :
a. Dalam bidang
meteorologi dan klimatologi (METEOSAT, TIROS, dan NOAA)
1) Mengamati iklim daerah melalui
pengamatan tingkat perawanan dan kandungan air dalam udara.
2) Membantu analisis cuaca dan
peramalan/prediksi prakiraan cuaca dengan cara menentukan daerah tekanan tinggi
dan tekanan rendah serta daerah hujan badai dan siklon.
3) Mengamati sistem/pola angin
permukaan.
4) Melakukan
pemodelan meteorologi dan set data klimatologi
b. Dalam bidang
oseanografi (ilmu kelautan), bermanfaat untuk pengamatan sifat fisik air laut,
seperti suhu permukaan air laut, warna, kadar garam, arus dan sebagainya,
pemanfataan gerakan air laut seperti gelombang dan pasang surut air laut dan
pengamatan perubahan garis pantai akibat erosi dan sedimentasi.
c. Dalam bidang
hidrologi (pengairan) (LANDSAT/ERS, SPOT).
1) Pemantauan daerah aliran sungai dan
konservasi sungai.
2) Pemetaan sungai dan studi sedimentasi
sungai.
3) Pemantauan luas daerah intensitas banjir.
d. Dalam. bidang geologi dan ilmu kebumian,
bermanfaat untuk
1) Menentukan struktur batuan suatu
wilayah,
2) Pemantauan wilayah bencana akibat
gempa, kebakaran,tsunami dan longsor.
3) Pemantauan aktivitas gunung berapi,
dan pemantauan persebaran debu vulkanik.
4) Menentukan struktur geologi dan
macam batuan.
5) Melakukan pemantauan distribusi
sumber daya alam, seperti hutan (lokasi,macam, kepadatan, dan perusakan), bahan
tambang (uranium, emas, minyak bumi)
6) Melakukan pemantauan pencemaran
laut dan lapisan minyak di laut.
7) Melakukan pemantauan pencemaran
udara dan pencemaran laut.
e. Bidang
Pembuatan Peta Peta adalah gambaran permukaan bumi yang diproyeksikan pada
bidang datar dan dilengkapi dengan simbol. Salah satu sumber data primer peta
berasal hasil survai terestris, data tabular, foto udara, juga dari citra
satelit. Berbeda dengan peta, citra memberikan semua informasi yang terekam
pada bumi tanpa adanya generalisasi.
f. Bidang sumber
geofisika, geologi, geodesi dan lingkungan, bermanfaat antara lain untuk;
1) Permetaan penggunaan lahan
Inventarisasi penggunaan lahan penting
dilakukan untuk mengetahui apakah pemetaan lahan yang dilakukan oleh aktivitas
manusia sesuai dengan potensi ataupun daya dukungnya. Integrasi teknologi
penginderaan jauh merupakan salah satu bentuk yang potensial dalam penyusunan
arahan fungsi penggunaan lahan.
2) Kehutanan
Bidang kehutanan berkenaan dengan pengelolaan hutan untuk kayu termasuk
perencanaan pengambilan hasil kayu, pemantauan penebangan dan penghutanan
kembali, pengelolaan dan pencacahan margasatwa, inventarisasi dan pemantauan
sumber daya hutan, rekreasi, dan pengawasan kebakaran.
3. Sistem
dan Komponen Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh dengan menggunakan tenaga
matahari dinamakan penginderaan jauh sistem pasif. Penginderaan jauh sistem
pasif menggunakan pancaran cahaya, hanya dapat beroperasi pada siang hari saat
cuaca cerah. Penginderaan jauh sistem pasif yang menggunakan tenaga pancaran
tenaga thermal, dapat beroperasi pada siang maupun malam hari. Penginderaan
jauh dengan menggunakan sumber tenaga buatan disebut penginderaan jauh sistem
aktif. Penginderaan sistem aktif sengaja dibuat dan dipancarkan dari sensor
yang kemudian dipantulkan kembali ke sensor tersebut untuk direkam. Sutanto
(1986) menjelaskan bahwa sistem penginderaan jauh memiliki komponen-komponen
yang menyusunnya, yakni sebagai berikut :
Penjelasan
masing-masing komponen dalam sistem penginderaan jauh adalah sebagai berikut:
a.
Sumber Tenaga
Sumber tenaga diharuskan ada dalam sistem
penginderaan jauh, baik itu sumber tenaga alamiah ataupun sumber tenaga buatan.
Tenaga ini mengenai obyek di permukaan bumi yang kemudian dipantulkan ke sensor
ataupun juga dapat berupa tenaga dari suatu objek di permukaan bumi yang
dipancarkan ke sensor.
b.
Atmosfer
Tenaga elektromagnetik pada penginderaan jauh
sistem pasif dan sistem aktif untuk sampai di alat sensor dipengaruhi oleh
atmosfer. Atmosfer mempengaruhi tenaga elektromagnetik yaitu bersifat selektif
terhadap panjang gelombang, karena itu timbul istilah “Jendela atmosfer”, yaitu
bagian spektrum elektromagnetik yang dapat mencapai bumi. Adapun jendela
atmosfer yang sering digunakan dalam penginderaan jauh ialah spektrum tampak
yang memiliki panjang gelombang 0,4 mikrometer hingga 0,7 mikrometer.
elektromagnetik merupakan spektrum yang sangat
luas, hanya sebagian kecil saja yang dapat digunakan dalam penginderaan jauh,
itulah sebabnya atmosfer disebut bersifat selektif terhadap panjang gelombang.
Hal ini karena sebagian gelombang elektromagnetik mengalami hambatan, yang
disebabkan oleh butir-butir yang ada di atmosfer seperti debu, uap air dan gas.
Proses penghambatannya terjadi dalam bentuk serapan, pantulan dan hamburan.
c. Interaksi antara Tenaga dan Obyek
Setiap objek di permukaan bumi memiliki
karakteristik tertentu dalam memantulkan ataupun memancarkan tenaga ke sensor.
Obyek yang banyak memantulkan /memancarkan tenaga akan tampak cerah pada citra
sedangkan objek yang pantulannya/pancarannya sedikit akan tampak gelap.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah
tenaga matahari untuk sampai ke permukaan bumi adalah:
1) Waktu (jam
atau musim): faktor waktu berpengaruh terhadap banyak sedikitnya energi matahari
untuk sampai ke bumi. Misal, pada siang hari jumlah tenaga yang diterima lebih
banyak dibandingkan dengan pagi.
2) Lokasi: lokasi
ini erat kaitannya dengan posisinya terhadap lintang geografi dan posisinya
terhadap permukaan laut. Misal, di daerah khatulistiwa jumlah tenaga yang
diterima lebih banyak dari pada daerah lintang tinggi.
3) Kondisi cuaca:
kondisi cuaca mempengaruhi adanya hambatan di atmosfer. Misal, saat cuaca
berawan jumlah tenaga yang diterima lebih sedikit dari pada saat cuaca cerah.
d. Sensor Tenaga
yang datang dari objek di permukaan bumi, baik berupa hasil pantulan ataupun
pancaran akan diterima dan direkam oleh sensor. Tiap sensor memiliki kepekaan
tersendiri terhadap bagian spektrum elektromagnetik. Semakin kecil objek yang
dapat direkam oleh sensor maka semakin baik pula kualitas sensornya.
e. Perolehan Data
Cara perolehan data dapat dilakukan dengan cara manual, yakni dengan
interpretasi secara visual dan dapat pula dengan cara digital yang menggunakan
bantuan komputer. Citra berupa foto udara pada umumnya diinterpretasi secara
manual, sedangkan data hasil penginderaan secara elektronik dapat
diinterpretasi secara manual atau digital.
f. Pengguna Data
Pengguna data merupakan komponen penting dalam
sistem penginderaan jauh karena keberhasilan aplikasi penginderaan jauh
terletak pada dapat diterima atau tidaknya hasil penginderaan jauh oleh para
pengguna data. Kerincian, kehandalan, dan kesesuaiannya terhadap kebutuhan
pengguna sangat menentukan diterima atau tidak diterimanya data penginderaan
jauh tersebut.
4. Jenis
Citra
Dalam Penginderaan Jauh Masukan dalam
penginderaan jauh berupa bermacam-macam data. Hasil proses rekaman data
penginderaan jauh tersebut berupa, data digital atau data numerik untuk
dianalisis dengan menggunakan komputer dan data visual dibedakan lebih jauh
atas data citra dan data non citra untuk dianalisis dengan cara manual. Data
citra berupa gambaran mirip aslinya, sedangkan data non citra berupa garis atau
grafik. Citra dapat dibedakan atas citra foto (photographic image) atau foto
udara dan citra non foto (non photographic image). Beda antara citra foto dan
non foto ditampilkan dalam tabel berikut:
Tabel 3. Beda antara citra foto dan citra non
foto ( Lillesand dan Kiefer 1979: Siegel dan Gillespie 1979, dalam Susanto
1986)
a. Citra Foto
Citra foto adalah gambaran yang dihasilkan
dengan menggunakan sensor kamera. Citra foto dapat dibedakan berdasarkan:
1) Spektrum Elektromagnetik yang digunakan.
Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, citra foto dapat dibedakan
atas:
a) Foto ultra
violet yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum ultra violet dekat
dengan panjang gelombang 0,29 mikrometer.
b) Foto
ortokromatik yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spectrum tampak dari
saluran biru hingga sebagian hijau (0,4 - 0,56 mikrometer).
c) Foto
pankromatik yaitu foto yang dengan menggunakan spektrum tampak mata.
d) Foto infra
merah yang terdiri dari foto warna asli (true infrared photo) yang dibuat
dengan menggunakan spektrum infra merah dekat sampai panjang gelombang 0,9
mikrometer hingga 1,2 mikrometer dan infra merah modifikasi (infra merah dekat)
dengan sebagian spektrum tampak pada saluran merah dan saluran hijau.
2) Sumbu kamera
Foto udara dapat dibedakan berdasarkan arah
sumbu kamera ke permukaan bumi, yaitu:
a) Foto vertikal
atau foto tegak (orto photograph), yaitu foto yang dibuat dengan sumbu kamera
tegak lurus terhadap permukaan bumi.
b) Foto condong
atau foto miring (oblique photograph), yaitu foto yang dibuat dengan sumbu
kamera menyudut terhadap garis tegak lurus ke permukaan bumi. Sudut ini pada
umumnya sebesar 10 derajat atau lebih besar. Tapi apabila sudut condongnya
masih berkisar antara 1 - 4 derajat, foto yang dihasilkan masih digolongkan
sebagai foto vertikal.
Foto condong masih dibedakan lagi menjadi:
1) Foto agak condong (low oblique photograph),
yaitu apabila cakrawala tidak tergambar pada foto.
2) Foto sangat condong (high oblique
photograph), yaitu apabila pada foto tampak cakrawalanya.
3) Warna yang digunakan
Berdasarkan warna yang digunakan, citra foto
dapat dibedakan atas:
a) Foto berwarna
semua (false colour), warna citra pada foto tidak sama dengan warna aslinya.
Misalnya pohon-pohon yang berwarna hijau dan banyak memantulkan spketrum infra
merah, pada foto tampak berwarna merah.
b) Foto berwarna
asli (true colour). Contoh: foto pankromatik berwarna.
4) Wahana yang
digunakan
Berdasarkan
wahana yang digunakan, ada 2 (dua) jenis citra, yakni:
a) Foto udara,
dibuat dari pesawat udara atau balon
b) Foto
satelit/orbital, dibuat dari satelit.
b.
Citra Non Foto
Citra non foto adalah gambaran yang dihasilkan
oleh sensor bukan kamera. Citra non foto dibedakan atas:
1) Spektrum
elektromagnetik yang digunakan, berdasarkan spektrum elektromagnetik yang
digunakan dalam penginderaan, citra non foto dibedakan atas:
a) Citra infra
merah thermal, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum infra merah thermal. Penginderaan
pada spektrum ini mendasarkan atas beda suhu objek dan daya pancarnya pada
citra tercermin dengan beda rona atau beda warnanya.
b) Citra radar dan citra gelombang mikro, yaitu
citra yang dibuat dengan spektrum gelombang mikro. Citra radar merupakan hasil
penginderaan dengan sistem aktif yaitu dengan sumber tenaga buatan, sedang
citra gelombang mikro dihasilkan dengan sistem pasif yaitu dengan menggunakan
sumber tenaga alamiah.
2) Sensor yang
digunakan, berdasarkan sensor yang digunakan, citra non foto terdiri dari:
a) Citra tunggal,
yakni citra yang dibuat dengan sensor tunggal, yang salurannya lebar.
b) Citra
multispektral, yakni citra yang dibuat dengan sensor jamak, tetapi salurannya
sempit, yang terdiri dari:
(1) Citra RBV
(Return Beam Vidicon), sensornya berupa kamera yang hasilnya tidak dalam bentuk
foto karena detektornya bukan film dan prosesnya non fotografik.
(2) Citra MSS
(Multi Spektral Scanner), sensornya dapat menggunakan spektrum tampak maupun
spektrum infra merah thermal. Citra ini dapat dibuat dari pesawat udara.
5.
Interpretasi Citra
Menurut Este dan Simonett, 1975, dalam
Sutanto, 1986: Interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara atau
citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya
objek tersebut. Jadi di dalam interpretasi citra, penafsir mengkaji citra dan
berupaya mengenali objek melalui tahapan kegiatan, yaitu:
a. Deteksi
Merupakan tahapan pengenalan objek-objek yang
tampak pada citra inderaja menggunakan stereoskop. Tahapan deteksi ini
merupakan tahapan paling dasar dan paling mudah diantara tahapan lainnya.
Seorang interpreter pastinya akan melihat berbagai macam kenampakan objek
seperti bentuk persegi, garis lurus, permukaan kasar, dan lainnya ketika pertamakali
melihat citra inderaja. Itulah yang disebut dengan deteksi.
b. Identifikasi
Merupakan tahapan pengelompokkan objek-objek
yang memiliki ciri-ciri yang sama. Tahapan ini sudah mulai rumit dibanding
deteksi, misalnya ketika seseorang melihat sebuah pola garis lurus pada citra
ada berbagai kemungkinan yang muncul seperti jalan raya, rel kereta, sungai
atau saluran irigasi. Berbagai kemungkinan tersebut dikelompokkan agar nantinya
dapat ditarik kesimpulan di akhir.
Ada 3 (tiga) ciri utama benda yang tergambar
pada citra berdasarkan ciri yang terekam oleh sensor yaitu sebagai berikut:
1) Spektral, ciri
yang dihasilkan oleh interaksi antara tenaga elektromagnetik dan benda yang
dinyatakan dengan rona dan warna.
2) Spatial, ciri
yang terkait dengan ruang yang meliputi bentuk, ukuran, bayangan, pola,
tekstur, situs, dan asosiasi.
3) Temporal, ciri
yang terkait dengan umur benda atau saat perekaman.
c. Analisis
Merupakan tahapan akhir dari sebuah interpretasi yaitu penarikan kesimpulan
atas pengelompokkan objek-objek yang sudah diidentifikasi. Tahapan ini sering
disebut juga sebagai konvergensi bukti. Misal kenampakan garis lurus di citra
bisa saja itu rel, jalan raya, sungai atau irigasi. Namun seorang interpreter
haruslah menarik kesimpulan tentang objek sebenarnya. Dalam hal ini Kemudian
setiap objek yang diperlukan dikenali berdasarkan karakteristik spasial dan
atau unsur temporalnya. Objek yang telah dikenali jenisnya, kemudian
diklasifikasikan sesuai dengan tujuan interpretasinya dan digambarkan ke dalam
peta kerja atau peta sementara. Kemudian pekerjaan medan (lapangan) dilakukan
untuk menjaga ketelitian dan kebenarannya. Setelah pekerjaan medan dilakukan,
dilaksanakanlah interpretasi akhir dan pengkajian atas pola atau susunan keruangan
(objek) dapat dipergunakan sesuai tujuannya. Untuk penelitian murni, kajiannya
diarahkan pada penyusunan teori, sementara analisisnya digunakan untuk
penginderaan jauh, sedangkan untuk penelitian terapan, data yang diperoleh dari
citra digunakan untuk analisis dalam bidang tertentu seperti geografi,
oceanografi, lingkungan hidup, dan sebagainya. Dalam menginterpretasi citra,
pengenalan objek merupakan bagian yang sangat penting, karena tanpa pengenalan
identitas dan jenis objek, maka objek yang tergambar pada citra tidak mungkin
dianalisis. Prinsip pengenalan objek pada citra didasarkan pada penyelidikan
karakteristiknya pada citra. Karakteristik yang tergambar pada citra dan
digunakan untuk mengenali objek disebut unsur interpretasi citra. unsur spasial
citra seperti situs dan asosisasi menjadi sangat penting. Penilaian atas fungsi
objek dan kaitan antar objek dengan cara menginterpretasi dan menganalisis
citra yang hasilnya berupa klasifikasi yang menuju ke arah teorisasi dan
akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari penilaian tersebut. Pada tahapan ini,
interpretasi dilakukan oleh seorang yang sangat ahli pada bidangnya, karena
hasilnya sangat tergantung pada kemampuan penafsir citra. Perekaman data dari
citra berupa pengenalan objek dan unsur yang tergambar pada citra serta
penyajiannya ke dalam bentuk tabel, grafik atau peta tematik. Urutan kegiatan
dimulai dari menguraikan atau memisahkan objek yang rona atau warnanya berbeda
dan selanjutnya ditarik garis batas/delineasi bagi objek yang rona dan warnanya
sama.
Dari seluruh unsur tersebut dapat
dikelompokkan ke dalam 3 jenjang dalam menginterpretasi objek (pada gambar 11).
Tahapan paling mudah adalah melihat rona/warna, bentuk dan bayangan. Tahapan
kedua adalah melihat pola, ukuran, tekstur yang memerlukan ketelitian dan pemahaman
lebih mendalam mengenai ciri-ciri objek dalam ruang tersebut. Tahapan ketiga
adalah melihat situs dan asosiasi untuk melihat tanda pengenal dari suatu
objek. Tahapan ini merupakan faktor kunci interpretasi dan bisa dibilang yang
paling sulit dideskripsikan.
Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam mengamati kenampakan objek dalam foto udara,
yaitu: a. Rona dan Warna Rona atau tone adalah tingkat kecerahan atau kegelapan
suatu objek yang terdapat pada foto udara atau pada citra lainnya. Pada foto
hitam putih rona yang ada biasanya adalah hitam, putih atau kelabu. Tingkat
kecerahannya tergantung pada keadaan cuaca saat pengambilan objek, arah
datangnya sinar matahari, waktu pengambilan gambar.
Pada foto udara berwarna, rona sangat
dipengaruhi oleh spektrum gelombang elektromagnetik yang digunakan, misalnya
menggunakan spektrum ultra violet, spektrum tampak, spektrum infra merah dan
sebagainya. Perbedaan penggunaan spektrum gelombang tersebut mengakibatkan rona
yang berbeda-beda. Selain itu karakter pemantulan objek terhadap spektrum
gelombang yang digunakan juga mempengaruhi warna dan rona pada foto udara
berwarna.
b. Bentuk
Bentuk-bentuk atau gambar yang terdapat pada
foto udara merupakan konfigurasi atau kerangka suatu objek. Bentuk merupakan
ciri yang jelas, sehingga banyak objek yang dapat dikenali hanya berdasarkan
bentuknya saja.
c. Ukuran
Ukuran merupakan ciri objek yang antara lain
berupa jarak, luas, tinggi lereng dan volume. Ukuran objek pada citra berupa
skala, karena itu dalam memanfaatkan ukuran sebagai interpretasi citra, harus
selalu diingat skalanya.
d. Tekstur
Tekstur adalah frekwensi perubahan rona pada
citra. Ada juga yang mengatakan bahwa tekstur adalah pengulangan pada rona
kelompok objek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual. Tekstur
dinyatakan dengan: kasar, halus, dan sedang.
e. Pola
Pola atau susunan keruangan merupakan ciri
yang menandai bagi banyak objek bentukan manusia dan bagi beberapa objek
alamiah.
f. Bayangan
Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau
objek yang berada di daerah gelap. Meskipun demikian, bayangan juga dapat
merupakan kunci pengenalan yang penting bagi beberapa objek yang justru dengan
adanya bayangan menjadi lebih jelas.
g. Situs Situs
adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya. Misal, permukiman
pada umumnya memanjang pada pinggir beting pantai, tanggul alam atau sepanjang
tepi jalan.
h. Asosiasi
Asosiasi adalah keterkaitan antara objek yang
satu dengan objek yang lainnya.
=====================